Cara Nikson Nababan Melahirkan SDM Unggul di Taput



PROGRAM pembangunan dimulai dari desa masih menjadi prioritas Drs Nikson Nababan MSi di periode kedua kepemimpinannya sebagai Bupati Tapanuli Utara, hingga tahun 2024. Sekarang, ia menyasar pembangunan SDM unggul. Salah satunya melalui pembangunan universitas negeri.
Udara di kawasan Bandar Udara Internasional Sisingamangaraja XII, pada Rabu, 28 Agustus 2019 siang itu, begitu sejuk. Bandara yang terletak di Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara ini, berada di ketinggian 1.420 mdpl. Nampak orang-orang dan kendaraan lalu lalang di area bandara yang sebelumnya dinamakan Bandar Udara Internasional Silangit ini.
Bergeser ke Kota Tarutung, Ibu Kota Tapanuli Utara, kehidupan masyarakatnya terlihat begitu menggeliat. Kota Tarutung merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terkecil di Tapanuli Utara, tetapi memiliki kepadatan tertinggi di kabupaten yang dipimpin Bupati Drs Nikson Nababan MSi dan Wakil Bupati Sarlandi Hutabarat SH.
Pria kelahiran Siborongborong, Tapanuli, 5 Oktober 1972 ini, optimis ingin menetralisir anggapan bahwa ‘Tapanuli Utara merupakan peta kemiskinan’ di Sumatera Utara.
Untuk menghidupkan desa, Nikson Nababan gencar membangun infrastruktur jalan. Sehingga memudahkan konektivitas antardesa di Tapanuli Utara.


Bupati Nikson Nababan menjelaskan program strategis pembangunan di Tapanuli Utara

Kebijakan Nikson Nababan berjalan linier dengan program Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pemerintahan Jokowi sedang melanjutkan pembangunan infrastruktur jalan dan transportasi di Danau Toba dan daerah-daerah penyangga, termasuk di Kabupaten Tapanuli Utara. Pembangunan ini untuk mendukung Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Pemerintah sedang memprioritaskan dukungan di daerah Danau Toba untuk menjadi 10 Bali Baru.
Jika pembangunan infrastruktur dan transportasi sudah terkoneksi antardaerah penyangga, tentu objek-objek wisata yang ada di Taput ikut terjamah oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
“Pengembangan sektor pariwisata butuh ketersediaan SDM unggul di Tapanuli Utara dan daerah lain di Tapanuli Raya. Selain untuk kemajuan kawasan pariwisata di daerahnya, juga mendukung Danau Toba sebagai 10 Bali Baru di Indonesia,” urai Nikson Nababan kepada Syarifudin Bachwani dari Visioneer dalam sebuah sesi wawancara.
Untuk mendongkrak ketersediaan SDM unggul, Nikson Nababan mempunyai gagasan besar. Ia ingin mendirikan universitas negeri di Tapanuli Utara.
“Kehadiran universitas negeri ini efek dominonya akan luar biasa,” kata Nikson Nababan. Bagaimana Bupati Nikson Nababan ingin merealisasikan berdirinya universitas negeri, serta terobosan lain yang telah dan akan direalisasikannya untuk mensejahterakan masyarakat Taput, berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, sebagai daerah penyangga, mendukung Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)?
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sangat mendukung Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai 10 Bali Baru. Terkait hal tersebut, kita melihat potensi termasuk kemungkinan kendala-kendala yang masih dihadapi. Untuk mendukung program Danau Toba sebagai KSPN, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara juga mengusulkan beberapa hal kepada pemerintah pusat. Usulan tersebut untuk mendukung program Presiden Joko Widodo agar semuanya bisa terlaksana dengan baik, dan hasilnya optimal.


Bandara Internasional Sisingamangaraja XII (Bandara Internasional Silangit) menjadi penghubung akses antar-domestik dan mancanegara

Misalnya, bagaimana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke yang sudah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tahun 2015, harus hidup. Posisi KEK Sei Mangke itu bersebelahan dengan Labuhan Batu yang merupakan wilayah Tapanuli Raya. Kami mengusulkan agar pemerintah pusat membuka akses dari Sei Mangke ke wilayah Tapanuli Raya. Sehingga akses pengakutan komoditas dari wilayah Tapanuli Raya tidak lagi melalui Belawan. Karena jarak tempuhnya lebih lama dan jalannya pun berliku-liku.
Untuk akses Tapanuli Utara ke KEK Sei Mangke?
Jika akses itu dibuka, kita juga meminta kepada pemerintah pusat agar akses dari Tapanuli Utara bisa langsung ke Labuhan Batu lalu ke Tanjung Balai. Jadi lebih efisien dan afektif, karena bisa mempersingkat waktu jarak tempuh antara 4 sampai 5 jam.
Artinya, pemerintah pusat membuka jalan nasional di masing-masing wilayah yang ada di Tapanuli Raya, termasuk di Tapanuli Utara, sehingga bisa mempersingkat waktu perjalanan. Dan tidak mungkin kami melalui Sibolga, karena sudah dekat dengan Australia. Lebih memungkinkan jika dibuka akses menuju Tanjung Balai Sei Mangke, karena dekat dengan Malaysia dan Singapura. Selain itu, wisatawan dari pantai barat pun bisa masuk ke Danau Toba melalui jalur tadi.
Bagaimana akses wisatawan dari Danau Toba ke daerah-daerah penyangga?
Untuk mempermudah lintas wisatawan menikmati objek-objek wisata yang ada di Tapanuli Raya, kita mengusulkan akses dari Danau Toba disambungkan ke Tapanuli Tengah. Karena, pantai dan pulau-pulau di Tapteng sangat indah. Kenapa tidak, wisatawan misalnya selama dua hari berwisata di Danau Toba, kemudian berjemur di pantai yang ada di Tapteng.
Jika turis ingin surfing, mereka bisa terbang ke Nias, hanya 15 menit menggunakan pesawat. Jika menggunakan kapal pesiar, waktunya 4 sampai 6 jam dari Tapteng ke Nias. Menurut saya, semuanya bisa dimaksimalkan. Mau lihat danau, alam, agrowisata, laut, semuanya ada di Tapanuli Raya.
Solusi ini untuk mempercepat bangkitnya kembali Danau Toba sebagai kawasan wisata internasional?
Menurut saya, sebenarnya sederhana jika program Presiden Jokowi ingin berkembang cepat menjadikan Danau Toba sebagai Bali Baru. Selain kita dorong terus turis dari mancanegara, didorong pula secara cepat wisatawan dari domestik.


Presiden Jokowi dan para Menteri Kabinet Kerja saat berkunjung ke kawasan Wisata Salib Kasih

Saya contohkan Yogyakarta, dari domestik identik dengan ikon Kota Pelajar. Begitu pula Bandung sebagai Kota Pendidikan. Tapanuli juga mempunyai alam yang indah. Film King Kong sendiri lokasi syutingnya di Tapteng. Jadi saya pikir, lebih urgent dibuka akses tol dari Danau Toba ke Bandara Internasional Tapteng daripada akses tol Tebing Tinggi-Parapat.
Saya contohkan lagi, wisatawan ke Bali umumnya ingin melihat culture, pantai, berjemur, dan aktivitas wisata lainnya. Potensi wisata di Tapanuli Raya juga lengkap. Jika infrastruktur semuanya sudah bagus, Tapanuli Raya akan lebih maju dan berkembang.  Apalagi di Tapteng dan di Nias sudah ada bandar udara. Artinya, kesiapan ini sudah ada, tinggal membuat kebijakan untuk memajukan pembangunan di Tapanuli Raya.
Objek-objek wisata apa saja sedang dikembangkan di Taput?
Kita sedang mengembangkan Tapanuli Utara sebagai daerah agrowisata, wisata religi, dan wisata alam. Karena itu DNA kita. Artinya, alam Taput yang bagus sedang kita kembangkan, misalnya dari sektor pertanian menjadi agrowisata, dari sisi rohani sebagai pusat kekristenan ada wisata religi, dan wisata alam. Culture kita sama dengan Tobasa, Samosir, dan Tapanuli Tengah.
Saya maklum, wisatawan mancanegara di Taput tidak mungkin bisa sedrastis atau bahkan mengejar jumlah wisatawan di Bali. Belum tentu juga kondisinya seperti Lombok. Karena SDM, infrastruktur, dan fasilitas penunjang lainnya seperti hotel, belum maksimal.
Maka, kita mulai mendorong dari domestik. Salah satunya membangun universitas negeri di Tapanuli Utara. Nanti akan ada perekrutan dosen, dan calon mahasiswa dari daerah lain yang akan mendaftar di universitas negeri ini. Multiplier effect-nya akan menciptakan peluang perekonomian baru di Taput.
Pembangunan universitas negeri baru tentu akan berhadapan dengan moratorium
Kita tahu ada moratorium pembangunan universitas negeri. Agar harapan itu cepat terlaksana, maka kami ingin merubah status Institut Agama Kristen Protestan Negeri (IAKPN) Tarutung, yang semula dikelola Kementerian Agama diserahkan ke Kementerian Dikti. Kehadiran universitas negeri ini efek dominonya akan luar biasa. Bandara Silangit Siborongborong juga akan cepat berkembang.
Usulan itu sudah disampaikan ke pemerintah pusat?
Kami sudah sampaikan ke Presiden Jokowi. Mudah-mudahan disetujui perubahan IAKPN Tarutung menjadi universitas negeri.Tentu kehadiran universitas negeri ini disesuaikan kearifan lokal dan sumber daya kita.
Sudah ada nama untuk universitas negeri ini?
Untuk nama universitasnya sendiri, saya pikir, karena menyangkut Tapanuli Raya, bisa saja namanya Universitas Negeri Tapanuli Raya.


Nikson Nababan menjadi narasumber kegiatan finalisasi Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Renstra, dan Renov IAKPN Tarutung 2019

Jika universitas negeri dibangun di Taput, minimal ada sepuluh fakultas. Katakan satu fakultas sekali penerimaan mahasiswa baru ada 200 orang, jika dikali sepuluh fakultas, maka ada 2000 mahasiswa. Belum lagi kita bicara dosen dan para pegawai di universitas negeri ini. Mereka beli makanan, pakaian, berwisata di Taput, maka ikut menggerakkan roda perekonomian di Taput. Artinya, demandnya tin
Berapa luasan lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan universitas negeri ini?
Saya kira lahan yang dimiliki IAKPN Tarutung saat ini cukup. Luasnya 25 hektar. Memang syarat luas lahan universitas negeri sekitar 40 hektar. Untuk memenuhi ketentuan lahan itu, saya kira kita bisa bekerjasama dengan universitas lain di Tapanuli Raya. Misalnya di Tapteng, jika ingin dibangun fakultas maritim, maka sediakan lahannya. Kemudian, bila universitas di Tapanuli Selatan ingin bekerjasama membangun fakultas kehutanan, siapkan juga lahannya. Jika universitas di Tobasa atau Samosir ingin membangun fakultas pariwisata, siapkan juga lahannya.
Jadi, tidak mesti sepuluh fakultas itu ada di Tapanuli Utara. Kita bisa bekerjasama dengan daerah lain di Tapanuli Raya. Jadi, cara berpikir kita harus holistik, integral, dan komprehensif. Indonesia mau kuat, jangan lupakan bahwa Tapanuli jika mandiri, akan menyumbang 5 persen kedaulatan Indonesia.
Respon IAKPN?
Rencana pembangunan universitas negeri ini sudah kami bicarakan dengan pihak Yayasan IAKPN. Pembangunan universitas ini tentunya untuk kepentingan bersama. Maka, kita harus bisa meredam ego sektoral. Karena, ada segelintir orang beranggapan bahwa saya ingin menghapus kekristenan di  yayasan pendidikan itu. Bukan seperti itu.
Penduduk di Taput mayoritas umat Kristen. Di sini banyak berdiri gereja. Artinya, walaupun nantinya IAKPN berubah menjadi universitas negeri yang sifatnya umum, bukan berarti kita tidak Kristen. Di universitas negeri ini nanti ada fakultas Teologi.
Sekarang, apakah keberadaan lembaga pendidikan agama itu jelas goal-nya? Makanya harus kita ubah daripada terus menerus membebani uang negara. Kita harus berpikir, jangan selalu meminta uang dari negara. Maka, kita juga harus ada solusi.
Sekarang, mau tidak program Pak Jokowi di Taput suatu saat dibilang mangkrak? Saya tidak mau. Maka saya usul, kita dorong dari sisi domestik selama tiga hingga empat tahun ini. Caranya, kita bangun universitas negeri yang sifatnya umum di Taput, sehingga banyak orang datang ke sini untuk belajar. Bayangkan, jika mahasiswa itu diwisuda sebanyak 5000 orang, mereka juga mengundang para orangtuanya. Katakanlah jumlahnya 10.000 orang, apa tidak penuh hotel-hotel dan tempat penginapan yang ada di Taput dan daerah sekitarnya.
Rencana pembangunan berkesinambungan ini sudah dibicarakan dengan pengambil kebijakan dari wilayah Tapanuli Raya?
Sudah kami bicarakan bersama.  Untuk pembangunan universitas negeri sudah ditandatangani empat bupati, yaitu saya, Bupati Tobasa, Bupati Samosir, dan Bupati Humbang Hasundutan. Saya yakin untuk pembangunan tol mereka juga setuju dan mendukung. Begitu pula Pemkab Nias, saya yakin setuju. Masyarakat pun harus mendukung proses pembangunan ini. Masyarakat harus ramah dan terbuka kepada para pendatang dari daerah lain. Karakter itu bisa berubah dari pembauran dan pendidikan.


Presiden Jokowi mengunjungi kawasan Wisata Huta Ginjang di Taput

Masyarakat Batak mempunyai adat kekerabatan Dalihan Na Tolu. Bagaimana pelestarian budaya lokal di Taput?
Selama ini kita melihat bahwa identitas jati diri kebangsaan kita mengalami pergeseran. Kadang kebarat-baratan, kearab-araban, atau kechina-chinaan. Padahal kita punya budaya sendiri.  Kaitannya dengan prospek wisata di Taput, Dalihan Na Tolu ini sebenarnya ujung tombaknya. Seperti kata Bung Karno: Kalau mau jadi orang Kristen, jadilah orang Kristen Indonesia. Misalnya, jangan seperti orang Kristen Yunani. Mau jadi orang Hindu, jadilah orang Hindu Indonesia. Jangan seperti orang Hindu di India. Kalau mau jadi orang Muslim, jadilah orang Muslim Indonesia. Jangan kearab-araban.
Konteks Dalihan Na Tolu pada orang Batak, yaitu ada adat elek marboru, somba marhula hula, manat mardongan tubu. Jika adat ini diterapkan, berarti ada rasa saling menghargai dan menghormati. Jika tidak saling menghargai dan menghormati, bagaimana sektor wisata dan ekonomi bisa maju. Karena saling mencurigai.
Contohnya di Bali atau Thailand, restoran di sana banyak menyajikan menu makanan yang bagi suatu agama tidak bisa dinikmati. Tapi, bukan halangan sektor wisata di Bali dan Thailand menjadi maju. Kenapa hal-hal berkonteks agama mau dibawa dalam konteks pariwisata. Ini salah satu faktor terjadinya tidak saling menghargai dan menghormati antar sesama.



Jika ada wisatawan Muslim ke Taput, misalnya, bisa mengunjungi rumah makan nasionalis. Jadi, tidak mesti semua restoran di Taput melabelkan makanan halal. Jika pelabelan itu diterapkan, menurut saya justru akan menghambat perkembangan sektor wisata. Hal ini harus kita sikapi bersama, secara bijak dan dewasa.
Masyarakat luar Sumatera Utara lebih mengenal objek wisata Danau Toba. Strategi lain agar Taput tidak sekadar sebagai daerah penyangga Danau Toba?
Sebelum Bali terkenal, Samosir itu sudah terkenal. Bangunan cottage dan bungalow sudah hebat di tahun 70-an. Mereka sudah maju. Mungkin, karena masalah infrastruktur, event-event wisata dan sebagainya, wisatawan pindah ke Bali.
Artinya, kalau daerah penyangga mau mengejar Samosir atau bahkan mengalahkan Samosir dengan kondisi masih seperti ini, kita harus sadar diri. Maka, kita berbuat apa yang bisa kita kerjakan. Wisatawan mancanegara jika ingin berkunjung ke Tapanuli Utara, kita tawarkan wisata alam,  agrowisata, dan wisata religi.
Dukungan anggaran untuk pembangunan sektor wisata?
Dengan keterbatasan anggaran yang kita miliki, pelan-pelan kita benahi agrowisata dengan dana desa, dan wisata alam. Untuk wisata religi, di Taput sudah dibangun Salib Kasih. Kita juga menawarkan kepada para investor untuk pembangunan pendukung wisata di Salib Kasih. Nanti di sana ada bungalow, taman bunga, marga satwa, taman buah, dan sarana pendukung wisata lainnya. Sehingga wisatawan bisa stay di kawasan Salib Kasih dua atau tiga hari.
Pembangunan pariwisata di Taput juga bekerjasama dengan daerah-daerah lainnya di Tapanuli Raya. Jadi setiap daerah bisa menciptakan one village one product atau one village one destination. Sehingga terjadi penataan objek-objek wisata unggulan yang ada di masing-masing daerah di Tapanuli Raya yang bisa disinggahi wisatawan.
Postur APBD Taput saat ini?
APBD Taput saat ini sekitar Rp 1,3 triliun lebih. Kontribusi PAD Taput mayoritas dari sektor pajak. Pembangunan di Taput terus kita lakukan. Khusus untuk pembangunan pariwisata, dengan hadirnya nanti fakultas pariwisata, calon mahasiswa dari Jawa, Kalimantan, dan provinsi lain berkuliah di universitas negeri di Taput. Nanti, di tahun kedua mahasiswa itu bisa praktik di hotel-hotel yang ada di Taput, otomatis learning by doing itu akan berjalan.
Untuk diketahui, kemiskinan yang dirasakan orang Batak di sini karena para orangtuanya menyekolahkan anaknya ke univesitas di daerah lain. Misalnya ke Pulau Jawa. Tapi, jika di Taput sudah dibangun universitas negeri, maka mereka tidak perlu menyekolahkan anaknya ke Jawa. Jika orangtua di Taput menyekolahkan anaknya di Jawa, rata-rata mengeluarkan uang untuk kebutuhan makan dan lain-lain sekitar Rp 5 juta per bulan. Tapi, jika menyekolahkan anaknya di Taput biayanya sekitar uang Rp 500 ribu per bulan. Berarti ada saving moneyRp 4,5 juta. Uang itu bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya.
Untuk diketahui, kemiskinan yang dirasakan orang Batak di sini karena para orangtuanya menyekolahkan anaknya ke univesitas di daerah lain. Misalnya ke Pulau Jawa. Tapi, jika di Taput sudah dibangun universitas negeri, maka mereka tidak perlu menyekolahkan anaknya ke Jawa. Jika orangtua di Taput menyekolahkan anaknya di Jawa, rata-rata mengeluarkan uang untuk kebutuhan makan dan lain-lain sekitar Rp 5 juta per bulan. Tapi, jika menyekolahkan anaknya di Taput biayanya sekitar uang Rp 500 ribu per bulan. Berarti ada saving moneyRp 4,5 juta. Uang itu bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya.


“Keberagaman suku, budaya, ras, dan agama jangan dijadikan perbedaan, justru akan memperkaya Indonesia”. (Nikson Nababan)

Imbauan kepada SKPD serta semua elemen masyarakat untuk memajukan pembangunan di Taput?
Saya kerap mengajak para perangkat daerah untuk mendukung program-program pemerintah pusat. Termasuk mewujudkan program Presiden Jokowi yang disasarkan di Tapanuli Utara, khususnya, Tapanuli Raya umumnya. 

Sumber : https://visioneernews.com/cara-nikson-nababan-melahirkan-sdm-unggul-di-taput/

Posting Komentar

0 Komentar